Oleh: Yuyun Suminah, A. Md
(Praktisi pendidikan)
JABAR.UTUSANINDO.COM . OPINI – Belajar di sekolah bisa bertemu dengan guru dan teman menjadi harapan setiap siswa. Semenjak diberlakukannya belajar jarak jauh hampir 1 tahun, lama-lama belajar via daring membuat siswa jenuh dan bosan. Rasa itu tidak hanya menyerang siswanya saja, guru bahkan para orang tua yang mendampingi di rumah pun mengalami hal yang sama.
Desakan agar sekolah dibuka kembali pada tahun 2021 pun semakin nyaring terdengar. Tak hanya itu kasus stres atau depresi belajar daring pun sering terjadi bahkan sampai mengakibatkan nyawa melayang. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya Dedi Supandi kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat mengatakan bahwa Provinsi Jawa Barat siap melaksanakan sekolah tatap muka mulai tahun ajaran baru (portalprobolinggo.pikiranrakyat.com 18/12/20)
Ajaran baru disemester genap yang akan dimulai pada bulan Januari tahun 2021, mengambil kebijakan tatap muka di tengah pandemi yang semakin menjadi. Dengan standar protokol kesehatan yang ketat dan kedisiplinan dalam menjalankannya, sekolah tatap muka berharap bisa dilaksanakan.
Banyak hal yang perlu diperhatikan terkait kebijakan yang diambil pemerintah terutama sejauh mana menjamin kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak). Faktanya sebagaian besar masyarakat masih abai. Razia dan Sanksi pun diberlakukan dibeberapa daerah sebagai bentuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjalankan protokol kesehatan.
Kesadaran masyarakat masih rendah terhadap protokol kesehatan (3M) dari sini membuktikan belum ada kesiapan. Bagaimana dengan kedisiplinan para pelajar?
Kasus positif di Jawa Barat sendiri semakin meningkat dibeberapa daerah, bahkan ada sebagian rumah sakit yang ada di daerah Jawa barat yang sudah tidak bisa menampungnya lagi.
Kebijakan pragmatis pemerintah dengan memberlakukan new normal, kembalinya dibuka tempat-tempat keramaian, seperti tempat wisata, pusat perbelanjaan dan pabrik dari sana menjadi penyumbang kasus yang positif Covid-19 semakin meningkat. Kebijakan yang lebih kwatir ekonomi tumbang dari pada nyawa rakyatnya. Lantas bagaimana jika sekolah akan dibuka?
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah justru akan menambah beban sekolah dan guru karena harus memenuhi standar protokol kesehatan yang ketat, membatasi jumlah siswa belum lagi ada para orang tua yang tidak mengizinkan anaknya sekolah karena merasa was-was akan terpapar dan lebih memilih belajar di rumah tidak hanya itu kurikulum yang disiapkan oleh pemerintah tidak menyesuaikan dengan kondisi pandemi.
Semrawutnya dunia pendidikan Itu semua diakibatkan kegagalan sistem pendidikan demokrasi-kapitalis-sekuler yang tak mampu beradaptasi dengan kondisi pandemi, juga gagalnya rezim Demokrasi atasi pandemi. Dalam sistem kapitalis yang lebih mengutamakan ekonomi terlihat dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Berbeda dalam sistem Islam memiliki sistem pendidikan yang baik didukung dengan kebijakan yang shahih terkait pandemi (dapat menyelesaikan pandemi) sehingga sekolah tak perlu menjadi korban.
Dalam sistem Islam setiap mengambil kebijakan selalu dipikirkan secara mendalam tentang strategi yang akan dilakukan oleh semua pihak mulai dari kepala daerah, pemangku kebijakan pendidikan, pihak sekolah, pelajar dan orang tua. Memastikan semuanya merasakan kenyaman dan keamanan.
Yang pertama kali akan diselesaikan adalah wabahnya. Negara akan memetakan daerah mana saja yang kasus positifnya banyak dan akan melakukan tes setiap individu untuk memastikan mana orang yang terpapar dan yang tidak selanjutny mengunci daerah yang terpapar. Jika ini sudah dilakukan baru negara ambil kebijakan daerah mana yang boleh melakukan sekolah tatap muka.
Dengan kebijakan tersebut proses belajar tatap muka didaerah yang tidak terpapar merasa aman dan tidak kwatir karena negara sudah menguncinya.
Kedua, memberikan edukasi dan kesadaran secara spiritual berupa kesadaran adanya virus ini sudah ketetapan Allah dan bagian dari ujianNya. Maupun kesadaran intelektual kepada masyarat tentang bahaya virus tersebut bagi kesehatan, pentingnya menjalankan aktivitas sesuai protokol kesehatan (3M) dan pentingnya menjaga kebersihan dan menjaga imun tubuh.
Ketiga, memberikan fasilitas pendidikan. Negara akan memastikan setiap hak individu terjamin dalam mendapatkan layanan pendidikan disetiap kegiatan belajarnya. Tak hanya itu sekolah, guru dan orang tua akan dikondisikan bahwa proses mengajar harus didasari dorongan takwa apalagi di tengah kondisi wabah.
Sudah menjadi harapan umat untuk mendapatkan pelayanan terbaik dari negara. Itu semua bisa terwujud ketika aturanNya diterapkan secara kaffah dalam sistem khilafah. (red)
Discussion about this post